Esai

Jangan pernah memainkan peran orang lain jika memainkan peranmu sendiri saja masih tidak becus

“Kasian ya dirimu, selama hidupmu prosentase untuk mengeluh jauh lebih banyak daripada mensyukuri apa yang kamu punya. Semua orang tahu hidupmu jauh dari sempurna, aku pun tahu itu, tapi apa kamu tahu bahwa kesempurnaan di dunia ini fana kecuali milik Satu Yang Di Atas sana? Kalau kamu tahu, lantas kenapa masih menuntut kesempurnaan dengan usahamu yang sekedarnya?”

“Terus saja membandingkan dirimu dengan orang lain, asal betah saja hidup di bawah bayang-bayang orang lain. Wajar ketika melihat orang lain seolah-olah mereka jauh lebih beruntung dari dirimu, tapi kurang wajar jika penilaianmu bersifat parsial. Mungkin kamu melihat hijau subur ladang tetanggamu, tapi apa kamu pernah sadar kerja keras tetanggamu merawat ladangnya sebelum ladang yang kamu lihat sekarang hijau subur? Apakah mereka yang kamu pikir mereka yang serba lebih itu beruntung? Jawabannya ‘YA’ dan kamu pun bisa seberuntung mereka, kenapa? karena semakin kamu bekerja keras maka semakin dekat keberuntungan itu dengan dirimu, sama seperti yang mereka lakukan.”

“Setiap waktu dirimu selalu menggunakan jurus ‘seandainya…’ saat untuk menutupi kelemahanmu yang justru membuat dirimu jauh terlihat lebih lemah di depan matamu sendiri, mungkin kamu bisa menyembunyikannya dari orang lain, tapi alasan pembenaranmu itu membunuh karaktermu semakin hari. Ya kamu sadar benar akan itu, tapi ketakutan untuk berubahlah yang menghambatmu selama ini. Apakah ini yang kamu nikmati selama ini?”

“Masih ingat kah saat orang-orang di sekitarmu mulai membandingkanmu dengan orang lain? Ya, jauh dalam hati kamu memberontak sejadi-jadinya. Coba ingat kembali. Dan faktanya sangat menggelitik dan cenderung ironis saat ku temui dirimu sendirilah yang paling sering membandingkan dirimu sendiri dengan orang lain. Kamu sendirilah yang paling sering melakukan hal yang paling kamu benci, membandingkan dirimu dengan orang lain.”

“Seandainya saya di posisinya… Seandainya saya seberutung dia… Seandainya… Seandainya… Dan saya mulai muak dengan jurusmu itu.”

“Bagaimana mungkin kamu bisa memainkan peran orang lain sedangkan memainkan peranmu sendiri saja kamu tidak becus!!”

Tidak seperti biasanya, pemuda itu berdiri cukup lama di depan cermin, memandangi wajahnya dengan penuh keambiguan. Pakaian rapi dengan tas di punggung menandakan ia bersiap memulai rutinitasnya hari itu, menggapai asa yang sempat ia titipkan ke langit yang telah sejak lama karib dengannya.

Probolinggo

Aang Kunaefi

Standar

13 respons untuk ‘Jangan pernah memainkan peran orang lain jika memainkan peranmu sendiri saja masih tidak becus

Tinggalkan Balasan ke febrian hadi Batalkan balasan